One Day Culinary Trip on Malang


Saya sengaja meluangkan satu hari khusus untuk berwisata kuliner di Malang dan kebanyakan pilihan makanan, minuman, dan tempat makan direkomendasikan oleh beberapa teman yang tinggal di Malang. Saya hanya pasrah diajak kesana-kesini dan mencicipi beragam makanan dan minuman. Percayalah, wisata kuliner di Malang memberi pengalaman wisata yang menyenangkan tidak hanya di perut tapi juga di hati :)

Menu sarapan sebagai pembuka hari saya buka dengan menu nasi jagung. Iya, nasi jagung yang selama ini saya kenal dari lagu anak-anak itu ternyata bisa saya cicipi di Malang. Pertama kali saya makan nasi jagung ini saat menginap di rumah mbak Vicky, rada ajaib dan bengong juga saat melihatnya. Pipilan jagung sudah dihancurkan sehingga warna kuning jagung kasar bercampur dengan warna putih nasi. Nasi jagung dimakan dengan lauk ikan asin, sayur, bakwan jagung, tempe dan sambal pedas yang terbungkus dalam satu kertas nasi. Penampilannya tidak berbeda jauh dengan nasi bungkus pada umumnya, tapi rasanya enak bangeeett. Setiap mampir ke Malang pasti saya ngotot pengen sarapan ini. Harga seporsi nasi jagung ini antara 5 - 10 ribu, saya lupa berapa harga persisnya.

Karena nasi jagung adalah sarapan berkarbohidrat ganda, sampai siang saya masih belum lapar juga. Erlin, mantan teman kantor saya, yang bertugas menjadi guide lokal siang itu mengajak saya dan yang lainnya pergi kesupermarket Lai Lai di daerah Jl. Semeru untuk makan es krim. Di dalam supermarket Lai Lai ada Illy Cafe yang cukup ramai, sangking ramainya hingga kami harus masuk daftar antri. Selama mengantri saya berkeliling dulu di dalam Supermarket Lai-lai. Supermarket ini terbilang cukup besar dan lengkap. Perhatian saya tertarik pada beragam variasi kue-kue kecil dan jajanan khas pasar yang dijual. Variasinya sangat banyak dan beragam sampai saya sampai bingung mau beli yang mana. Berbagai oleh-oleh khas kota lain pun dijual disini, yang paling ekstrim menurut saya sih kue Bingke khas Pontianak yang diklaim asli dari Pontianak. Saya juga sempat mampir ke toko Pia Cap Mangkok yang terletak tak jauh dari supermarket Lai Lai untuk membeli oleh-oleh.
Setelah cukup lelah dan kepanasan berkeliling sana-sini kami kembali ke Illy Cafe dan sudah diperbolehkan masuk oleh pelayannya. Illy Cafe menjual makanan bertema western dan beragam racikan kopi. Melirik pesanan meja sebelah, lasagna yang mereka pesan terlihat sangat menggoda. Namun sesuai dengan misi awal saya dan teman-teman hanya memesan es krim. Harga seporsi es krim crunch choco, caramel nut, strawberry triple, atau banana chophanya Rp 11.500. Illy Cafe akan memberikan satu snack gratis untuk setiap pemesanan tiga menu. Jadi lumayan banget, pesan tiga es krim dapet gratisan jamur crispy. Air putih gratis juga diberikan untuk setiap porsi es krim yang dipesan. Kafenya pengertian banget ya, setelah makan es krim kan bawaannya haus. Kafe ini cukup recommend untuk dikunjungi saat berkunjung ke Malang. Lokasinya strategis, harga terjangkau, menu makanan dan minumannya bervariasi, dan tempatnyacozy untuk mengobrol sambil duduk santai. Sayang nggak bisa lama-lama di Illy Cafe, kasihan sama pengunjung lain yang antri.

Es krim Illy Cafe

Dari Illy Cafe, Erlin mengajak kami ke daerah Dempo untuk mencicipi es moka durian yang terkenal. Siang itu Malang memang lagi panas-panasnya sehingga saya tidak menolak untuk makan es dua kali berturut-turut. Es Dempoterletak di belakang SMAK St. Albertus dan merupakan kawasan penjual makanan. Kalau perut sudah mulai lapar, selain minum es juga bisa makan mie ayam pangsitnya yang tidak kalah terkenal. Es moka durian yang saya pesan datang dalam mangkuk berisikan serutan es kasar yang menggunung. Di dasar mangkuk terlihat beberapa daging buah durian yang disiram siruh moka berwarna kecoklatan. Rasa moka dan durian berpadu apik. Manis, dingin dan beraroma dalam setiap seruputan. Harga es durian dijual Rp 12.000 sedangkan es moka durian seharga Rp 14.000.


Es moka durian Dempo

Kenyang minum es membuat saya malas makan makanan berat. Kali ini saya diajak mencicipi kuliner khas Jawa Timur yang saya agak sangsi memakannya. Kupang lontong, Raditya Dika menceritakan pengalaman traumatisnya memakan masakan ini di buku Manusia Setengah Salmon. Secara tidak langsung saya jadi ikut terpengaruh dan skeptis saat melihat ratusan kerang berwarna coklat kehitaman dan berukuran sangat-sangat-sangat mini memenuhi piring. Sate kerang sebagai side dish malah lebih dulu habis dimakan sementara kupang lontongnya sendiri belum tersentuh. Bau amis samar tercium saat sesendok penuh kupang mendekati mulut. Sambil menutup mata dan menahan napas saya mencoba memasukkan sesendok kupang dan mulai mengunyah ragu. Duh, acara wisata kulinernya kenapa jadi semacam tantangan di Fear Factor begini sih. Rasanya amis, blenyek, sedikit asam memenuhi mulut. But I'm still fine. Maksudnya saya baik-baik saja dengan cita rasa kupang ini tapi cuma sanggup makan tiga sendok saja. Satu porsi kupang lontong yang dimakan berempat itu akhirnya tidak habis, Sebagian beralasan kenyang, sebagian lainnya (saya termasuk dalam bagian ini) tidak familiar dengan cita rasa kupang yang asing.

Kupang, bukan nama daerah 

Sate kerang sebagai side dish

Sebelum pulang ke rumah Erlin kami mampir lagi ke satu warung makan terakhir untuk mencicipi salah satu makanan khas Malang yang cukup mudah ditemui, apalagi kalau bukan tahu petis. Iya, tahu petis. Tahu goreng dengan bumbu petis yang khas. Tahu gorengnya mungkin biasa, tapi saus petis berwarna kehitaman inilah yang membuat rasanya menjadi berbeda.

Tahu petis

Malamnya saya dijemput Mifta dan Jarot, mereka adalah travel buddy saya saat trip ke kawah Ijen dan Ranu Kumbolo. Keduanya adalah manusia malam yang baru bisa menemani saya jalan-jalan saat matahari terbenam. Tujuan kuliner utama malam itu adalah tahu telur. Entahlah, setiap ke Malang saya selalu merasa wajib memakan santapan ini. Rasanya yang unik dan khas membuat saya selalu kangen dengan cita rasa tahu telur khas Malang. Sebelum melanjutkan wisata kuliner saya menyempatkan diri mampir ke rumahmbak Vicky di daerah Sigura-gura. Mbak yang satu ini memang super duper baik hati dan sebisa mungkin saya mengunjunginya jika sedang berada di Malang. Niatnya hanya berkunjung sebentar, namun saat ditanya akan kemana tujuan saya malam itu mbak Vicky malah menahan kami di rumahnya dan memanggil tukang tahu telur keliling. "Ini tahu telur terenak di Malang," janjinya. Saat menyantap tahu telurnya Mifta dan Jarot yang sudah beberapa tahun tinggal di Malang dan ratusan kali makan tahu telur setuju dengan ucapan mbak Vicky. Itu adalah salah satu tahu telur terenak yang pernah mereka makan.

Tahu telur

Selesai makan dan pamit dengan mbak Vicky kami pergi ke daerah Soekarno Hatta untuk mencicipi makanan yang terlalu mainstreammenurut saya. Sejak kunjungan pertama saya ke Malang, Mifta selalu kekeuh mengajak saya mencicipi mie setan yang lagi nge-hits banget di Malang, sementara saya ogah-ogahan karena menganggap mie setan terlalu (sekali lagi saya bilang) mainstream. Untuk ukuran tempat yang nge-hits, Mie Setan Kober memang eksis banget di kalangan anak-anak Malang. Antrian di depan kasirnya mengular panjang, selain itu kami harus keluar masuk ruangan untuk mencari tempat duduk. Menu di Mie Setan Kober antara lain mie setan itu sendiri dari level 1 - 5, mie iblis ukuran S, M, dan L, dan mie angel untuk mie yang tidak memakai cabai sama sekali. Untuk minumannya lagi-lagi dinamai dengan unsur hantu Indonesia: es tuyul, es genderuwo, es kuntilanak, es sundel bolong. Saya cuma bengong saat ditanya mau pesan apa, di menu hanya tertera nama-nama hantu tanpa keterangan ingredients yang digunakan. Jadi untuk amannya kami berempat memesan mie setan level 1 (menggunakan 12 cabai) dan mie iblis ukuran S (menggunakan 5 cabai), dan berbagai es hantu berbeda untuk setiap orang.

 Daftar menu di Kober Bar
Mie Setan berkonsep open kitchen sehingga pengunjung dapat melihat kesibukan yang terjadi di dapur. Dengan kecekatan para kru dapur meracik dan menghidangkan mie, ternyata masih membutuhkan waktu cukup lama untuk pesanan kami diantarkan mengingat banyaknya pengunjung. Saat pesanan kami sampai terlihat perbedaan antara mie setan dan mie iblis. Mie setan dan mie iblis disajikan dengan taburan ayam, pangsit kering, pangsit basah, dan selembar daging ham, hanya saja mie iblis terlihat sedikit kecoklatan karena menggunakan kecap. Rasanya? Jangan ditanya. Saya kesulitan berhenti sejak suapan pertama. Tidak seperti mie setan di Jakarta yang hanya menggunakan mie instan dan cabai hijau sebagai bahan utama, mie setan dan mie iblis di Malang menggunakan mie buatan sendiri yang terasa sangat enak dan kenyal.  Untuk menetralisir pedas untungnya es hantu yang dipesan memasukkan potongan buah di dalamnya. Nyeeesss banget rasanya. Satu hal yang melintas di kepala saat saya makan mie setan, kenapa nggak dari dulu-dulu saya mampir kesini. Nyeseeelll :((

Mie Iblis dan Mie Setan

Cappuccino nyempil diantara es hantu

Dari Mie Setan, sesuai janjinya malam itu Mifta mengajak saya ke Batu. Saya sempat protes ke Mifta karena setiap kali saya ke Malang dia selalu menolak menemani saya ke Batu. Alasannya klasik banget: dingin. Karena ini kunjungan terakhir saya ke Malang dan saya belum tahu kapan lagi akan kembali ke kota ini, akhirnya dia mau mengantar saya ke Batu. Hawa dingin mulai terasa saat kami melewati kampus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan terasa menggigit seiring semakin cepatnya motor dipacu melewati jalanan yang terus menanjak. Kami tidak berhenti di alun-alun Batu yang legendaris dengan bianglala dan beragam ornamen buah dan binatang yang menyala saat gelap itu, tapi terus menanjak menyusuri jalan besar menuju Payung.

Kerlip lampu kota Batu dilihat dari Payung

Lampu jalan menjadi penerangan utama seiring semakin lengangnya jalan yang kami lewati. Lalu tiba-tiba saja di kanan saya telihat kerlip pemandangan kota Batu di bawah sana. Motor masih melaju menuju tempat yang lebih tinggi sementara saya tidak dapat menahan diri berteriak kesenangan melihat pemandangan indah di bawah sana. Kami berhenti di salah satu view point Payung dan mampir ke salah satu warung yang banyak berderet disana. Hidangan standar dari warung semacam ini adalah jagung bakar, mie rebus, mie goreng, kopi, teh, dan beragam minuman hangat lainnya. Kami memesan mie rebus dan teh hangat yang terasa berkali-kali lebih enak saat dimakan dengan latar pemandangan kota Batu kala malam di bawah sana.

Saat dingin terasa semakin menggigit kami kembali ke alun-alun Malang. Walau malam sudah semakin larut daerah ini masih ramai pengunjung. Terdapat banyak penjual makanan di daerah alun-alun Batu dan pengunjung nampak menyemut di depan kedai-kedai tersebut. Kami langsung menuju satu kedai legendaris Pos Ketan Legenda yang terkenal karena ketan susunya. Pilihan variasi ketan susu ini cukup beragam, saya memesan ketan susu coklat keju yang menjadi menu favorit. Untuk minuman pendampingnya tersedia berbagai pilihan minuman hangat, mulai dari teh, kopi, sampai STMJ.
Pengunjung di Pos Ketan Legenda menjelang tengah malam

Daftar menu Pos Ketan Legenda

Daftar menu Pos Ketan Legenda
Sambil menunggu saya mengamati foto-foto artis yang banyak berjejer di dalam kedai berukuran mungil tersebut. Kata Mifta, Yuni Shara sering berkunjung kesini saat pulang kampung ke Malang. Oh, saya baru tahu kalau Yuni Shara adalah orang Malang. Pesanan kami kemudian datang dalam piring-piring kecil. Parutan keju memenuhi bagian atas ketan susu pesanan saya. Dengan sendok kecil saya menyendok ketan beserta keju, coklat dan susu. Lengket, manis, gurih, enak. Pengen nambah yang banyak rasanya!!!

Paling kiri: ketan susu nangka. Sisanya: ketan susu keju meises

Lewat jam 12 malam petualangan kuliner saya selesai. Perut kenyang, hati senang, dompet adem. Cuma celana jins aja yang jerit-jerit. Sambil wisata kuliner saya juga jadi sempat mampir ke tempat-tempat baru di Malang, jadi sekalian jalan-jalan sekaligus menambah pembendaharaan tempat wisata saya di Malang. Dan dalam perjalanan pulang tidak lupa Mifta menunjukkan rumah Yuni Shara yang terletak di pinggir jalan dan masih berada di daerah Batu.3

0 komentar:

Post a Comment

 
  • Warna warni cita rasa Kuliner © 2012 | Designed by Rumah Dijual, in collaboration with Web Hosting , Blogger Templates and WP Themes